Thursday, October 11, 2018

PERBEDAAN WAWU MA'IYAH DENGAN WAWU ATHAF

Perbedaan wawu ma’iyyah dengan wawu ‘athof:
1. Isim yang terletak setelah wawu maiyyah selalu mansub, adapun isim yang terletak setelah wawu ‘athof tergantung ma’thufnya.
Contoh :
سَارَ عَلِيٌّ وَالْجَبَلَ = waunya adalah wawu ma’iyyah
سَارَ عَلِيٌّ وَحَسَنٌ = waunya adalah wawu ‘athof
2. Pelaku pada wawu ma’iyyah hanya terdiri dari satu pihak, sedangkan pelaku pada wawu ‘athof terdiri dari dua belah pihak.
Catatan:
Pada dasarnya, huruf wawu yang terletak di antara dua buah isim adalah wau ‘athof. Oleh karena itu seandainya sebuah kalimat cocok untuk dimaknai dengan wau ‘athof, maka wau tersebut adalah wau ‘athof.

MAF'UULUN MA'AH

Maf’ul ma’ah adalah isim yang terletak setelah huruf (و) yang mempunyai arti “bersama” untuk menunjukkan kebersamaan.
Contoh:
سَارَ عَلِيٌّ وَالْجَبَلَ (Ali berjalan bersama dengan gunung)
جَاءَ مُحَمَّدٌ وَغُرُوْبَ الشَّمْسِ (Muhammad datang bersamaan dengan terbenamnya matahari)

CATATAN MAF'UULUN MUTHLAQ

Catatan Maf'uulun Muthlaq
1. Maf’ul muthlaq harus menggunakan mashdar (kata kerja yang dibendakan).
2. Apabila mashdar yang merupakan maf’ul muthlaq berdiri sendiri, maka ia berfungsi sebagai penguat makna.
Contoh:
رَفَسْتُ رَفْسًا (Aku menendang dengan sebenar-benarnya menendang)
3. Maf’ul muthlaq yang berfungsi untuk menjelaskan bilangan, biasanya mengikuti wazan فَعْلَةً
Contoh:
رَفَسْتُ رَفْسَةً (Aku menendang dengan sekali tendang)
4. Apabila mashdar yang merupakan maf’ul muthlaq disifati atau diidhofahkan, maka ia berfungsi sebagai penjelas sifat atau jenis.
Contoh:
رَفَسْتُ رَفْسًا شَدِيْدًا (Aku menendang dengan tendangan yang keras)
رَفَسْتُ رَفْسَ الْجُنُودِ (Aku menendang seperti tendangan para tentara)
5. Terkadang fi’il dari maf’ul muthlaq dihilangkan.
Contoh :
شُكْرًا (Terima kasih)
Yang asalnya adalah:
أَشْكُرُكَ شُكْرًا (Aku berterima kasih kepadamu dengan betul-betul terima kasih)

MAF'UULUN MUTHLAQ

Maf’ul muthlaq adalah isim yang berasal dari lafazh fi’il yang berfungsi untuk penguat makna, penjelas bilangan atau penjelas sifat.
Contoh:
حَفِظْتُ الدَّرْسَ حِفْظًا (Aku telah menghafal pelajaran itu dengan sebenar-benarnya hafal)
ضَرَبْتُهُ ضَرْبًا (Aku telah memukulnya dengan sebenar-benar memukul)
حَفِظْتُ الدَّرْسَ حَفْظَةً (Aku telah menghafal pelajaran itu dengan sekali hafal)
ضَرَبْتُهُ ضَرْبَةً (Aku telah memukulnya dengan sekali pukul)
حَفِظْتُ الدَّرْسَ حِفْظًا جَيِّدًا (Aku telah menghafal pelajaran itu dengan hafalan yang baik)
ضَرَبْتُهُ ضَرْبًا شَدِيْدًا (Aku telah memukulnya dengan pukulan yang keras)

Thursday, September 27, 2018

MAF'UUL LI AJLIH

Maf’ul liajlih adalah isim yang digunakan untuk menjelaskan sebab terjadinya perbuatan.
Contoh:
صَلَّيْتُ إِيْمَانًا بِاللهِ (Aku shalat karena iman kepada Allah)
زُرْتُ عَلِيًّا حُبًّا لَهُ (Aku mengunjungi Ali karena cinta kepadanya)
أَعْطَيْتُ الْفَقِيْرَ طَعَامًا شَفَقَةً لَهُ (Aku memberi orang fakir itu makanan karena kasihan kepadanya)
Maf’ul liajlih di bentuk dari amalan-amalan hati.
Lafazh-lafazh yang biasa menjadi maf’ul liajlih:
إِكْرَامًا (Karena hormat)
حَيَاءً (Karena malu)
حُزْنًا (Karena sedih)
رَحْمَةً (karena sayang)
خَوْفًا (karena takut)
حَسَدًا (karena iri)
Catatan:
Lafazh-lafazh maf’ul liajlih dapat di-jer-kan dengan huruf lam.
Contoh:
أَعْطَيْتُ الْفَقِيْرَ طَعَامًا لِشَفَقَتِهِ (Aku memberi orang fakir itu makanan karena kasihan kepadanya)

Tuesday, September 25, 2018

RINGKASAN ZHARF

RingkasanZharf:
1. Zhorof ghoiru mutashorrif boleh di-jer-kan dengan huruf ?مِنْ
Contoh:
2. Ada beberapa zhorof yang bentuknya adalah mabni.
Contoh:
أَمْسِ (Kemarin)
حَيْثُ (Di manapun)

JENIS-JENIS ZHARF

A. Zhorof mutashorrif adalah lafazh zhorof yang dapat difungsikan untuk selain zhorof.
Contoh:
يَوْمُ الْجُمُعَةِ يَوْمٌ مُبَارَكٌ (Hari jum’at adalah hari yang diberkahi)
B. Zhorof ghoiru mutashorrif adalah lafazh yang hanya dapat difungsikan sebagai zhorof dan tidak dapat difungsikan untuk yang lainnya.
Di antara contohnya adalah:
Contoh:
لاَتَرْقُدْ قَبْلَ الْوُضُوْءِ (Janganlah kamu tidur sebelum wudhu)

MAF'UULUN FIIH

Maf’ul fih (zhorof) adalah isim yang menunjukkan keterangan waktu atau tempat terjadinya suatu perbuatan.
Contoh:
شَافَرْتُ لَيْلاً (Aku bersafar pada waktu malam)
Catatan:
1. Maf’ul fiih yang digunakan untuk menunjukkan keterangan waktu dikenal sebagai zhorof zaman ظَرْفُ الزَّمَانِ
2. Maf’ul fiih yang digunakan untuk menunjukkan keterangan tempat dikenal sebagai zhorof makan ظَرْفُ الْمَكَانِ
Diantara contoh zhorof zaman adalah:
صَبَاحًا (Pagi hari)
لَيْلاً (Malam hari)
شَهْرًا (Bulan)
تَارَةً (Terkadang)
قَبْلَ (Sebelum)
آنِفًا (Baru saja)
غَدًا (Besok)
اَلآنَ (Sekarang)
أَحْيَانًا (Kadang-kadang)
Diantara contoh zhorof makan adalah:
فَوْقَ (Di atas)
بَيْنَ (Di antara)
عِنْدَ (di sisi)
وَرَاءَ (Di belakang)
تَحْتَ (Di bawah)
حَوْلَ (Sekitar)
يَمِيْنَ (Sebelah kanan)
شِمَالَ (Sebelah kiri)
نَحْوَ (Arah)

Tuesday, September 18, 2018

RINGKASAN MAF"UULUN BIHI

Catatan Maf’ul Bih:
Di dalam satu kalimat, terkadang ditemukan maf’ul bih lebih dari satu.
Contoh:

POSISI MAF'UULUN BIHI PADA KALIMAT

Letak-letak maf’ul bih dalam struktur kalimat:
Contoh:
Contoh:
Contoh:
سَأَلْتُ الأُسْتَاذَ (Aku bertanya kepada ustadz)
Contoh:
أَمَرْتُكَ (Aku memerintahkan kepada kamu)
ضَرَبَهُ (Dia memukulnya)
Contoh:
سَأَلَنِي أُسْتَاذٌ (Seorang ustadz bertanya kepadaku)
رَحِمَكَ اللهُ (Semoga Allah merahmatimu)
Contoh:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ (Hanya kepada-Mu kami menyembah)
خُبْزًا أَكَلْتُ (Aku hanya makan roti)
Faidah tambahan:
Pola ke enam biasanya digunakan untuk pembatasan / pengkhususan.

MAF'UULUN BIHI

Maf'ul bih adalah isim yang menjadi objek dari pelaku.
Contoh:
كَتَبَ الطَّالِبُ الدَّرْسَ (Mahasiswa itu telah menulis pelajaran)
1. Maf’ul bih yang berupa isim mu’rob
Contoh:
2. Maf’ul bih yang berupa isim mabni
Contoh:
رَأَيْتُكَ (Aku telah melihat kamu)
شَاهَدْنَا ذَلِكَ اللَّعِبَ ? (Kami telah menyaksikan permainan itu)

ASMAAUL MANSHUBAAT

RINGKASAN TENTANG BADAL

Catatan:
1. Badal ba’dhi minal kulli dan badal isytimal harus bersambung dengan dhomir yang sesuai dengan mubdal minhu nya.
2. Biasanya badal ditemukan dalam suatu kalimat setelah:
a. Nama orang atau gelar
Contoh:
قَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ (Syaikh Muhammad menulis sebuah risalah yang berfaidah)
b. Isim Isyarat
Contoh:
c. Pembagian
Contoh:
Catatan Khusus:
Apabila badal berupa lafadz ابن, maka mubdal minhu (yang dibadali/kata yang terletak sebelumnya) tidak boleh ditanwin, sedangkan lafadz ابن dihilangkan alifnya (menjadi بن) dan kata yang terletak setelahnya dimajrurkan sebagai mudhaf ilaih
Contoh:

JENIS-JENIS BADAL

Yaitu badal yang menggantikan kata sebelumnya (mubdal minhu) secara utuh.
Contoh:
اَلإِمَامُ أَحْمَدُ رَجُلٌ صَالِحٌ (Imam Ahmad adalah seorang lelaki yang shalih)
Badal yang mewakili anggota bagian dari kata sebelumnya.
Contoh:
Badal yang mewakili sebagian sifat dari kata sebelumnya.
Contoh:

BADAL

Badal adalah tabi? yang disebutkan di dalam suatu kalimat untuk mewakili kata sebelumnya, baik mewakili secara keseluruhan ataupun sebagiannya saja.
Contoh:
Badal bisa dikenal dengan menambahkan kata “yaitu” pada terjemah kata yang digantikan.

Monday, September 17, 2018

KAIDAH TAMBAHAN TAUKID

Kaidah Tambahan:
Apabila ditemukan kata yang bentuknya adalah mufrad akan tetapi secara makna mempunyai anggota bagian maka ia dikuatkan dengan lafazh taukid jamak.
Contoh:

LAFADZH TAUKID

Diantara lafazh-lafazh taukid adalah:
Contoh:
صَامَ مُحَمَّدٌ نَفْسُهُ (Muhammad benar-benar telah puasa)
Contoh:
جَائَتْ مَرْيَمُ عَيْنُها (Maryam benar-benar telah datang)
Contoh:
Contoh:
حَضَرَتْ مُدَرِّسَتَانِ كِلْتَاهُمَا (Dua pengajar wanita itu benar-benar telah datang)
Contoh:
رَجَعَ الطُّلاَّبُ جَمِيْعُهُمْ (Para mahasiswa itu benar-benar telah kembali)

TAUKID

Taukid adalah tabi? yang disebutkan di dalam kalimat untuk menguatkan atau menghilangkan keragu-raguan dari si pendengar.
Contoh:
حَضَرَ الطُّلاَّبُ كُلُّهُمْ (Para Mahasiswa semuanya telah datang)
Taukid yang disebutkan dalam suatu kalimat dengan cara mengulang lafazh yang hendak dikuatkan.
Contoh:
مَاتَ حَسَنٌ حَسَنٌ (Hasan Hasan telah meninggal)
Yaitu taukid yang disebutkan dalam suat kalimat dengan cara menambahkan lafazh-lafazh khusus ((أَلْفَاظُ التَّوْكِيْدِ))
Catatan:
Alfazhuzh taukid harus bersambung dengan dhomir-dhomir yang sesuai dengan dengan kata yang ingin dikuatkan.

HURUF ATHAF

Huruf-huruf ‘athaf ada lima, yaitu:
1. وَ
Digunakan untuk sekedar menggabungkan dua kata atau lebih (مُطْلَقُ الْجَمْعِ)
Contoh:
2. فَ
Digunakan untuk menggabungkan dua kata atau lebih secara berurutan dengan tanpa adanya jeda ((اَلتَّرْتِيْبُ مَعَ التَّعْقِيْبِ))
Contoh:
جَاءَ مُحَمَّدٌ فَحَسَنٌ فَسَعِيْدٌ (Muhammad datang, kemudian Hasan, kemudian Sa?id)
Faidah:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Kemudian hendaklah menghadap ke arah kiblat kemudian (langsung) bertakbirlah.
Dalam hadits ini menyebutkan perbuatan langsung, setelah seseorang menghadap kiblat, kemudian ia langsung bertakbir. Maka faidahnya, tidak ada pengucapan niat dalam shalat.
Digunakan untuk menggabungkan dua kata atau lebih secara berurutan dengan disertai adanya jeda ( (اَلتَّرْتَيْبُ مَعَ التَّرَاخِي))
Contoh:
دَخَلَ الْمَسْجِدَ مُحَمَّدٌ ثُمَّ حَسَنٌ (Muhammad masuk masjid kemudian -beberapa saat kemudian- Hasan)
Digunakan untuk menggabungkan dua kata atau lebih untuk menunjukkan sebuah pilihan atau untuk mengungkapkan keragu-raguan.
Contoh:
Digunakan untuk menggabungkan dua kata atau lebih guna menuntut suatu kejelasan. Huruf ini biasanya terletak setelah huruf istifham “a” (ا)
Contoh:
هَلْ أَبُوْكَ مُهَنْدِسٌ أَمْ طَبِيْبٌ (Apakah Bapakmu seorang Insinyur ataukah Dokter?)

ATHAF

‘Athaf adalah tabiط yang terletak setelah huruf-huruf athaf (huruf-huruf penghubung / penyambung)
Contoh:
جَاءَ عُمَرُ وَعُثْمَانُ (Umar dan Utsman telah datang)

ATURAN NA'TUN

1. Apabila man’ut berupa isim jama’ yang tidak berakal (جَمْعٌ لِغَيْرِ عَاقِلٍ) maka na’atnya boleh berbentuk mufrod muannats atau jama’ muannats.
Contoh:
2. Setiap jumlah (kalimat) yang terletak setelah isim nakirah maka dia dianggap sebagai na’at (sifat).
Contoh:
هَذَا عَمَلٌ يُفِيْدُ (Ini adalah amalan yang berfaidah)
مَضَى يَوْمٌ بَرْدُهُ قَارِصٌ (Hari yang dinginnya menusuk telah berlalu)